Kamis, 12 Februari 2015

Mengenal istilah Phonetic Alphabet (Alfa Sierra Yankee India)

Ada cerita tentang seorang wanita yang ingin memesan taksi, dengan percakapan kurang lebih begini :

Wanita : Selamat pagi, bisa minta satu taksi sekarang?
Operator : Selamat pagi, bu. Maaf, alamatnya?
Wanita : Jalan Kenangan Blok PC/H-14
Operator : Maaf, blok apa?
Wanita : PC garis miring H-14
Operator : BJ garis miring A-14?
Wanita : Ya.. Betul.
Operator : Terimakasih. Silakan tunggu sekitar 10 menit, ya..

Wanita itu menunggu sampai satu jam. Taksi yang dipesan tak kunjung datang. Ia menelepon perusahaan taksi. Dari perusahaan taksi diperoleh penjelasan bahwa supir taksi yang sudah dikirim tepat waktu tak dapat menemukan alamat yang dimaksud.

Tentu saja taksi yang dipesan tak sampai di alamat tujuan, karena sang supir taksi tidak menemukan Blok BJ/A-14. Rumah wanita itu kan di Blok PC/H-14.

Nah, dari cerita di atas terjadi gagal paham atau salah dengar mungkin antara wanita pemesan taksi dan operator. Terus kalau sudah seperti ini mau nyalahin siapa coba,
Kekeliruan seperti ini sering terjadi karena ada kemiripan pelafalan P dengan B, C dengan J, dan H dengan A. Potensi salah tangkap makin besar bila informasi disampaikan melalui media elktronik : saluran telepon, transmisi radio, pengeras suara karena kualitas transmisi yang buruk dan karena adanya gangguan-gangguan transmisi seperti static (suara kemresek).

Itulah sebabnya, ada gunanya kita memahami apa yang disebut dengan Phonetic Alphabet (alfabet fonetis). Alfabet fonetis adalah penyebutan abjad secara akroponik, yakni dengan menyebutkan sebuah kata umum yang dimulai dari abjad yang dimaksud, misalnya : Alfa untuk A, Beta untuk B, Charlie untuk C. Alfabet fonetik berguna agar pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan tidak salah. Jadi, agar kasus seperti contoh di atas tidak salah, maka si ibu tersebut sebaiknya menyebutkan blok rumahnya sebagai Papa Charlie garis miring Hotel empat belas.

Alfabet fonetis mula-mula dikembangkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) dan kemudian digunakan secara luas oleh sejumlah organisasi termasuk North Atlantic Treaty Organization (NATO), the International Telecommunication Union (ITU), the International Maritime Organization (IMO), the American Federal Aviation Administration (FAA), the American National Standards Institute (ANSI), and the American Radio Relay League (ARRL).

Abjad fonetis dikenal dengan nama NATO phonetic alphabet, ICAO phonetic alphabet, ITU phonetic alphabet, NATO spelling alphabet, ICAO spelling alphabet atau international radio telephony spelling alphabet,

Alfabet fonetis sangat penting untuk mengatasi gangguan-gangguan komunikasi, terutama bila pesan yang disampaikan memiliki kombinasi abjad-abjad yang tidak biasa bagi penerima pesan. Alfabet fonetis juga bisa mengatasi kendala komunikasi internasional dengan tersedianya satu kesepakatan bunyi terhadap satu abjad tertentu.

Inilah ke-26 abjad yang dimaksud beserta fonetiknya :

Alfa/alpha, Bravo, Charlie, Delta, Echo, Foxtrot, Golf, Hotel, India, Juliet/Juliett, Kilo, Lima, Mike, November, Oscar, Papa, Quebec, Romeo, Sierra, Tango, Uniform, Victor, Whiskey, X-ray, Yankee, Zulu.


Lengkap ya? Ada abjad Yunani (alfa, delta), ada nama orang (Mike, Juliet, Oscar, Romeo,Victor), ada nama negara (India, negara bagian Quebec di Kanada), dan lain-lain.

Adakah abjad fonetik lokal? Tentu saja ada. Komunikasi di dalam negeri biasanya menggunakan abjad fonetis sendiri yang dikembangkan dengan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal di negeri sendiri. Di Indonesia, abjad fonetis mungkin akan lebih mudah bila menggunakan nama-nama kota atau nama-nama geografis lain yang sudah dikenal orang : Aceh, Bandung, Cirebon, Denpasar, Ende, Faf-fak dan sebagainya. Ini sudah digunakan oleh operator taksi dalam menyebutkan alamat kepada supir taksi atau menyebutkan nomor lambung taksi kepada pelanggan.


0 komentar:

Posting Komentar